Text : Faisal Hamid
Berbuatlah yang terbaik bagi bangsa dan Negeri ini…
Dan juga sesama umatmu…
Karena hidup begitu pendek…
dan tidak akan terulang…
Terlahir dari keluarga guru jemaah kecil gereja, tak menyusutkan niatnya untuk meraih mimpi. Gereja kecil nan terpencil membuatnya begitu dekat dengan Tuhannya dan peduli terhadap sesama umatnya. Kecintaannya akan negeri membangkitkannya untuk berani bertarung di dunia yang kini membesarkannya. Pengorbanannya mengantar pada kesuksesan yang tak bernilai materi.
Dialah Ir.Leo Nababan, image pengusaha harus ditanggalkan demi kecintaannya pada dunia politik. Pria kelahiran Sei Rampah, Sumatera Utara kini menjabat sebagai Staf khusus Ketua DPR-RI. Hati nurani, ya itulah yang kini diperjuangkannya. Darah aktivisnya melawan segala praktik yang bertentangan dengan nalurinya. Suara vokalnya merupakan cerminan dari kegemarannya menyaksikan realita di televisi.
Ya televisi, kegemarannya menyaksikan televisi inilah yang mengkonstruksi cara berpikir dan kritisnya akan realita yang tengah dihadapi masyarakat. Kegemarannya ini pula yang mengantar pada pekerjaannya kini. Sebagai staf khusus ketua DPR-RI memang sudah menjadi tugasnya menginformasikan perihal berita yang melibatkan atasannya. “Saya harus memantau kegiatan ketua DPR-RI dalam setiap pemberitaan, dengan begitu saya dapat menginformasikan apa yang tengah terjadi pada beliau,” ujarnya pada 69++ beberapa waktu lalu. “Agar nanti beliau tidak kaget bila diserbu wartawan,” tambahnya. Loyalitas pada pekerjaannya itu memang pantas diacungi jempol.
Mantan aktivis yang kini menjadi bagian penting dalam kinerja Ketua DPR-RI ini memang berbeda dengan politikus lainnya. Tentu saja, dengan latar belakangnya itu membuat dirinya lebih berorientasi dengan kepentingan masyarakat kelas bawah. Karena memang itulah yang seharusnya dilakukan politikus. Begitu banyak politikus yang mengaku menyuarakan hati nurani, namun hati nurani yang diserukan lebih berorientasi pada kepentingan pribadi. Lain halnya dengan yang diperjuangkan suami dari Dr.Fabiola Alvisia Latu Batara ini, poltikus menurutnya harus mempunyai orientasi untuk membela rakyat bawah. “Seorang politikus itu bila tidak membela masyarakat bawah tidak politis namanya,” tandasnya. Baginya suara rakyat adalah suara Tuhan. Apa yang sudah diamanatkan rakyat merupakan apa yang telah diamanatkan Tuhan pula. Cinta kasih akan sesama manusia merupakan kekuatannya untuk menjalankan amanat tersebut, basicnya sebagai aktivis memperkuat pula integritasnya pada masyarakat.
Ketika ditanya mengenai kondisi politik negeri, pria yang mendedikasikan hidupnya untuk partai Golkar ini dengan objektif mengatakan bahwa apa negeri ini telah mengalami perubahan yang jauh kerarah perbaikan, “Negara Indonesia telah menjadi Negara demokrasi ke-3 di dunia,” ujarnya bangga. Akan tetapi, dirinya mengakui masih banyak yang harus dibenahi dalam Undang-undang Dasar 1945. Dirinya menilai Undang-undang Dasar 1945 walaupun sudah diamandemen masih berpihak dari ‘bandul satu ke bandul yang lain’. Beliau juga memandang bahwa antara demokrasi dengan kesejahteraan rakyat tidak berubah secara signifikan. “Kesejahteraan rakyat masih jauh dan sangat menurun. sedangkan demokrasi kian mengalami kemajuan yang pesat. Dalam hal ini, yang perlu dipahami adalah demokrasi itu bukan democrazy,” tandasnya.
Demokrasi memang banyak menelurkan partai-partai baru, namun ironisnya bermunculannya partai-partai baru itu tidak disertai dengan kriteria jelas yang seharusnya dimiliki oleh partai-partai tersebut. “Harus adanya kriteria sistem yang benar pada partai politik” ujarnya. Dirinya juga menambahkan pergelutannya dengan partai Golkar selama 25 Tahun membuat dirinya lebih banyak belajar tentang bagaimana seharusnya partai politik itu. Dan menurutnya tidak semua partai memiliki kriteria seperti partai yang membesarkan namanya seperti sekarang ini.
Perihal kategori pemimpin yang idealnya baginya, pria yang mempunyai hobi Golf ini berpendapat bahwa yang dibutuhkan Negara kita adalah pemimpin yang tidak munafik dan tentunya pemimpin yang mempunyai jiwa visioner. “Pemimpin yang perkataan-perkataannya yang sama dengan prilaku yang diambil,” ungkapnya. “Namun tidak semerta-merta demikian, baginya pemimpin yang berkualitas harus diiringi oleh masyarakat yang tertata pula. Karena tidak ada keberhasilan sebuah pemimpin di dunia ini bila rakyatnya carut-marut,” tambahnya.
Ya, Ir. Leo Nababan, tokoh yang patut diperhitungkan ekstitensinya. Dengan loyalitasnya yang begitu besar terhadap negerinya. Menjadikannya tokoh yang selama ini dinanti-nanti
0 komentar:
Posting Komentar