Spiga

Jusabella Sahea : Recovery Dengan Ahli Teknologi

Text by : Windha Fuji Ayu

Padahal sejak masih bernama Hindia Belanda, perairan Indonesia merupakan perairan kapal pesiar. Kapal-kapal mewah dengan bendera negara-negara Skandinavia, Inggris, Amerika, bahkan Federasi Rusia dan negara-negara lain sudah sejak awal masa kemerdekaan dari waktu ke waktu mampir ke Indonesia. Namun, mengapa kehadiran mereka sekarang ini makin jarang?. Sesungguhnya Indonesia sudah lama mampu membuat kapal-kapal modern dan canggih sekelas dengan kapal pesiar. Bahkan beberapa negara Skandinavia beberapa tahun lalu telah memesan beberapa kapal feri yang sekelas dengan kapal pesiar kepada salah sebuah pabrik kapal kita. Mengapa kemampuan ini tidak digunakan untuk membangun armada kapal pesiar yang memiliki potensi di perairan Nusantara?. Toh dunia pun sudah menilai dan mengakui bahwa perairan kita ideal untuk diarungi kapal-kapal pesiar sudah sejak dahulu kala. Akan tetapi, kenapa kita nyaris tak peduli?.

Situasi krisis ekonomi global tidak mengurangi keseriusan Indonesia untuk terus aktif berpromosi menggaet wisatawan mancanegara. Untuk itu, PT. PELNI terus berusaha menjadi perusahaan pelayaran yang tangguh dan memiliki jaringan nasional yang optimal guna mewujudkan target tersebut.

Indonesia terdiri dari ribuan pulau, dihubungkan oleh laut dan alat untuk menghubungkannya itu adalah kapal. Kita semua sadar bahwa kapal merupakan alat yang penting bagi negara maritim seperti Indonesia ini. Jika kita sudah memiliki pemahaman yang sama akan pentingnya alat transportasi laut ini maka PT. PELNI, terutama sebagai sarana penyedia angkutan laut penumpang, tentunya akan memiliki peranan yang sangat strategis untuk menyatukan wilayah di Indonesia. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia tersebar di gugusan pulau tertentu yang memang hanya dapat dijangkau dengan transportasi laut. Sehingga, karena perannya itu, PT. PELNI harus mampu menjalankan dengan sebaik-baiknya apa yang ditugaskan oleh pemerintah.

Pemerintah melalui salah satu surat keputusan Direktorat Perhubungan Laut telah membuat trayek tetap dan teratur, yang disebut dengan “Jaringan Nusantara”. “Setiap kapal sudah memiliki trayek yang ditetapkan, sehingga mau tidak mau, penumpangnya sedikit atau banyak, kita harus tetap singgah sesuai dengan yang telah ditugaskan. Itulah tugas PT. PELNI yang paling utama”, ujar Dra. Jusabella Sahea, MM selaku Direktur Utama PT. PELNI.

Mantan Direktur Usaha PT. Pelni ini mengatakan bahwa Trayek Jaringan Nusantara sudah beroperasi sejak diadakannya kapal penumpang PELNI tahun 1983 silam. Karena memang tujuan utama dari perancangan jaringan trayek ini adalah supaya seluruh kepulauan di Indonesia terlayani oleh kapal penumpang. Kita singgah di 92 pelabuhan dengan rute yang cukup rumit dan bahkan sampai ke Pulau Miangas. Di samping itu, di Riau kita juga masuk ke Pulau Laut, yakni perbatasan antara Riau dan Vietnam. Perlu diketahui, kita memang singgah di pulau-pulau kecil terluar, sebagaimana mengarah ke misi PT. PELNI yang membantu mengawali kebijakan PERPRES No. 78 tahun 2005, mengingat kita mempunyai armada yang cukup kuat untuk berlayar di segala cuaca.

Mengenai beroperasinya trayek “Jaringan Nusantara”, sejauh ini banyak orang yang salah kaprah dalam menerjemahkan trayek ini kaitannya dengan subsidi pelayanan publik (PSO/Public Service Obligation). “Dan pada kenyataannya, trayek ini lebih tepatnya merupakan kontrak trayek, dimana jika PT. PELNI tidak melayani trayek ini maka kita tidak dibayar”, tandasnya. Oleh karena itu, pemahaman akan PSO di berbagai pihak memang sangat diperlukan guna meluruskan pandangan yang salah tadi. Jadi perlu diperjelas bahwa trayek ini merupakan kewajiban pelayanan umum. Dan kewajiban pelayanan umum ini sebagaimana telah diatur dalam UU No.17 tahun 2008 tentang angkutan di perairan, dimana pemerintah boleh menugaskan BUMN untuk melakukan apa yang dibebankan kepadanya, akan tetapi dalam hal ini pemerintah wajib membayar cost dari penugasan tersebut. “PSO itu ada kontraknya, bukan diberikan cuma-cuma, di dalam kontrak ada hak, kewajiban, dan juga tercantum trayek dari setiap kapal serta tertera juga bagaimana kewajiban pelayanan kapal yang harus disampaikan kepada masyarakat, dimana dalam pelaksanaannya pun diawasi oleh berbagai tim dan institusi”, ujar Dirut pertama PT. Pelni dari kalangan perempuan ini.

Mantan Direktur Keuangan PT. PELNI ini mengatakan, seperti untuk pelabuhan yang disinggahi trayek Jaringan Nusantara ini, kapal-kapal PT. PELNI diberi tracking system, sehingga perhubungan laut bisa mengecek keberadaan kapal-kapal ini setiap saat, apakah telah singgah sesuai dengan trayek yang dijalankan atau tidak. Selain itu, kami juga mempunyai tim monitoring yang ikut kapal setiap triwulannya untuk mengecek apakah pelayanan yang diberikan oleh PT. PELNI sudah sesuai dengan kontrak atu tidak. Di samping itu, kami juga mempunyai tim verifikasi untuk memeriksa semua biaya yang dikeluarkan apakah sesuai dengan apa yang akan kita tagihkan atau tidak untuk kelas ekonomi, karena memang yang di-PSOkan hanya kelas ekonomi. Seperti contohnya, PT. PELNI mengajukan 15 juta rupiah, akan tetapi verifikasinya hanya 12 juta rupiah, maka hasil akhirnya nanti harus sesuai dengan yang diverifikasi. Sementara itu, di akhir tahun kami juga melakukan audit untuk mengevaluasi aktivitas yang telah kita lakukan dalam setahun.

Pengawasannya cukup ketat dan berlapis-lapis, baik dalam operasional maupun dari segi keuangannya. Yang mana ke semua itu tadi niatnya adalah untuk menjalankan dengan sebaik-baiknya, tugas yang diberikan oleh pemerintah kepada PT. PELNI.

”Seiring berjalannya waktu, pasar penumpang PT.PELNI mengalami kompetisi, akan tetapi kami tidak patut menyalahkan kompetisi tersebut. Kami harus mencari solusi untuk bisa menghindar dari kompetisi itu”, tegasnya.

Dahulu, asumsinya PT. PELNI adalah angkutan massal, artinya bisa mengangkut penumpang dalam jumlah banyak. Dan mengingat kondisi negara Indonesia yang kepulauan, maka PT. PELNI ditugaskan oleh pemerintah untuk mampu melakukan multi port. Hal ini dilakukan karena kapasitas penumpang PT. PELNI yang sangat besar. Akan tetapi ketika kondisi sudah berubah, dimana orang bisa naik pesawat dengan mudah dan murah, tentunya angkutan massal itu sudah berubah, tidak seperti pada waktu asumsi sebelum adanya kompetisi. Kondisi seperti ini tentunya tidak boleh dihindari, melainkan harus tetap dihadapi dan PT. PELNI harus mencari solusi bagaimana supaya dengan armada yang sudah ada, kami tetap bisa memberikan kontribusi kepada negara.

Menurut Dirut PT. PELNI, berkenaan dengan hal itu, kita telah melakukan kajian dan lain sebagainya, yakni hanya bisa direcovery dengan ahli teknologi. Sebagai contohnya, kita akan melakukan modifikasi terhadap kapal penumpang yang tadinya hanya mengangkut penumpang, sekarang bisa mengangkut penumpang, barang, dan kendaraan (kapal penumpang menjadi kapal three in one atau two in one), serta perbaikan pelayanan kepada calon penumpang maupun penumpang di atas kapal yang berbasis pada perkembangan teknologi modern. Dan seperti kapal kita yang terakhir sudah bisa mengangkut 98 container, dimana penumpang kami kurangi dari 2000 penumpang menjadi 1500 penumpang dengan perhitungan bahwa penghasilan yang dihasilkan dari container itu tentunya bisa menutupi kekurangan penumpang. Ini merupakan salah satu strategi kita. Kemudian, kami juga berencana untuk melakukan kerjasama operasi (KSO) dengan investor, jika ada investor yang mau, maka akan kita undang, misalnya untuk memodif kapal penumpang menjadi cruise maupun hotel terapung.

“Dulu, kami sudah berencana dengan pemerintah daerah se-Sulawesi dan sekarang mereka mengajak bertemu kembali untuk membicarakan planning ini ke depannya. Di samping itu, kami juga kerap memenuhi pelayanan penumpang, yaitu bekerja sama dengan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia untuk melakukan suatu control system, dimana setiap penumpang yang masuk harus wajib melapor (check in) sehingga tiketnya bisa ditukar dengan boarding pass. Bahkan saat ini, kita membatasi penumpang tanpa tiket (free rider) di Priok guna mengamankan penghasilan”, tambahnya.

Sejauh ini, tentunya PT. PELNI tetap berusaha untuk memberikan peningkatan pelayanan kepada penumpang, dimana area ruang tunggu itu steril. Dan sampai saat ini yang telah menerapkan hal tersebut ada 6 pelabuhan, yaitu Semarang, Surabaya, Makasar, Bali, Balikpapan, dan Medan. “Penumpang yang berada di atas kapal, namanya juga harus sesuai dengan tiketnya, agar kita pun dapat mengkoordinir claim yang kerap terjadi”, ujarnya.

Sementara itu, PT. PELNI juga sudah beberapa tahun mengevaluasi pasar penumpang angkutan laut yang semakin berkurang. Misalnya untuk perjalanan jarak jauh dari Jayapura ataupun Jakarta-Sorong, mereka beralih ke armada lain, sehingga untuk kapal yang disediakan PT. PELNI harus diubah teknologinya. Hal ini memang berdasarkan kajian bukan dugaan dan kami sudah mengatasinya, yaitu dengan mengoperasikan kapal Gunung Dempo, dengan 98 container dan 1500 penumpang.

Berbicara mengenai perkembangan, pada tahun 2000 PT. PELNI mengangkut jumlah penumpang yang tertinggi yaitu 8 juta penumpang. Sedangkan pada tahun 2001 mulai terasa dampak persaingan dengan LCC (Low Cost Carrier) dan mulai tahun ini pula setiap tahunnya penumpang mengalami penurunan hingga 1 juta penumpang hingga sampai di tahun 2005 hanya tersisa 5 juta penumpang. Ironisnya, kondisi tersebut juga dibarengi dengan kenaikan BBM yang cukup signifikan. Mengingat di kapal, BBM merupakan biaya tetap, mengangkut penumpang banyak atau sedikit jika jaraknya sama,maka BBM yang dikeluarkan juga tetap sama. Dan untuk diketahui juga, BBM ini pun porsinya hampir 60% dari biaya pokok belakangan ini. Jadi bisa dibayangkan, jumlah penumpangnya menurun, tetapi tarifnya tetap.

”Kemudian pada tahun 2006 dan tahun 2007, kami bertahan di angka 4 juta penumpang. Memang ada kenaikan, namun tidak signifikan, misal dari 4200 penumpang menjadi 4300 penumpang dan menjadi 4500 penumpang. Dan di tahun 2008, kami mengalami peningkatan jumlah penumpang hingga mencapai angka 6,8 juta lebih penumpang, sedangkan di tahun 2009 ini kami menargetkan untuk 6,9 juta penumpang”, ungkapnya berharap.

Wanita yang memang berpengalaman di bidang pelayaran ini mengungkapkan asumsinya mengenai kondisi krisis yang melanda Indonesia bahwa hampir pasti kemampuan orang menurun. Kalau yang semula ia mampu naik pesawat maka sekarang ia akan lebih memilih naik kapal. Kemudian asumsi yang kedua, hampir sebagian besar dari Indonesia adalah kepulauan, dimana 8 kapal kami itu singgah di Papua dan untuk itu tidak ada modal transportasi lain untuk mengangkut penumpang antar pulau seperti Nabire-Serui, Serui-Biak, Biak-Papua. Jadi, kami mengharapkan penumpang harus tetap tumbuh walaupun kondisinya seperti ini. Berbagai macam upaya telah dilakukan supaya kami bisa mempertahankan penumpang. Dan sejak tahun 2007 hingga kini telah disetujui tarif kita ubah menjadi tarif batas atas, sehingga pada saat low season kami bisa memberikan diskon kepada penumpang, hal tersebut dilakukan guna mempertahankan penumpang.

”Memang kondisi sekarang kami masih mengalami over capacity, dimana load packer masih di atas 70%. Akan tetapi, kami juga tidak lantas puas begitu saja dengan hasil yang telah dicapai. Tentunya kami akan terus dan terus berusaha, yaitu dengan mengelola dan mengembangkan angkutan laut guna menjamin aksesibilitas masyarakat untuk menunjang terwujudnya wawasan nusantara, meningkatkan kontribusi pendapatan bagi negara, karyawan serta berperan di dalam pembangunan lingkungan dan pelayanan kepada masyarakat. Kemudian kami juga menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)”, tambahnya bangga.

Salah satu strategi kami untuk mengembangkan unit-unit usaha yang bertujuan untuk mengembangkan usaha-usaha sampingan, seperti contoh wisma, persewaan kantor, dan rumah sakit, sejauh ini kami right off, artinya kami jadikan usaha sendiri sebagai anak perusahaan, karena memang tadinya RS PELNI merupakan usaha penunjang. Tindakan yang kami lakukan ini bertujuan agar RS. PELNI lebih fleksibel dalam mengambil keputusan sehingga bisa memberikan kontribusi yang lebih baik untuk perusahaan. Di samping itu, kami juga menerapkan hal yang serupa pada anak perusahaan kami yang lain, yaitu PT. SBN( bongkar muat dan EMKL) dan PT. PIDC (freight forwarding, pengelolaan overbagasi) untuk lebih berkontribusi lagi terhadap PT. PELNI.

”Untuk ke depannya, PT. PELNI akan mengembangkan usher penunjang, yaitu angkutan bandar, keagenan kapal, maupun perbengkelan, dimana kami mengajak investor asing yang tentunya akan membantu dalam ship management. Dan juga merupakan ajang yang baik pula untuk kami bekerja sama dengan stakeholder yang terkait, seperti Dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, pemerintah kabupaten setempat, maupun para pelaku pariwisata guna mengoptimalkan kondisi kepariwisataan setempat untuk pembangunan pelabuhan kapal pesiar bertaraf internasional yang diharapkan selesai semester pertama tahun 2009 ini sehingga diharapkan dapat secara nyata mengangkat dunia pariwisata di Indonesia”, kenangnya.

0 komentar: