Spiga

Susanti Agustina : Memperjuangkan Kemandirian

Salah seorang Calon Legislatif dari Partai Hanura, untuk daerah pemilihan Kalimantan Timur yang juga menjabat sebagai wakil bendahara Umum Partai Hanura ini sejak kecil dididik disiplin, kerja keras, tanggung jawab dan mandiri. Wanita yang merupakan anak ke 8 dari 10 bersaudara ini termasuk orang tak cepat puas dengan hasil yang ia dapatkan, ia berpola pikir harus terus mengembangkan diri untuk mencapai kemajuan dalam dirinya. Mengawali karirnya di PT. Eka Tradisi, Samarinda setelah tamat SMA, tidak menyurutkan semangatnya untuk terus belajar dan belajar dengan melanjutkan studinya di Universitas Muhammadiyah, Malang. Seiring dengan hal itu, kemandiriannya pun seakan kembali diuji guna membiayai hidup dan membayar uang kuliahnya, yakni dengan karir keduanya di PT. Bank Harapan Santosa (BHS). Dengan tekad dan kerja keras untuk meraih apa yang di cita-citakan, kesuksesannya pun kini telah ia raih. Itulah tekad dan motivasi diri seorang Susanti Agustina, SH.

Kini, berbekal tekad bulatnya ia terjun di dunia politik. “Saya melihat banyak partai politik yang tidak konsekuen berjuang untuk kepentingan rakyat, melainkan hanya untuk kepentingan individu dan kelompok”, terangnya prihatin. Ia juga melihat masih minimnya keterwakilan perempuan dalam parlemen di Indonesia, dalam tingkat pengambil keputusan perempuan harus mendapat akses dan fasilitas yang sama dengan pria. Di sisi lain, Susanti begitu ia akrab disapa, memandang dengan adanya kontribusi sebesar 30% kaum perempuan, yakni yang tertera dalam Pasal 28 UUD 1945 dan UU Pemilu mengenai keterlibatan kaum hawa dalam dewan legislatif, maka sebaiknya para caleg perempuan dibekali kemampuan pada suatu bidang tertentu yang menjadi profesinya. “Saya menghargai apabila memang sejak awal aktivitas perempuan dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan, bukan politiknya yang lebih didahulukan, tetapi profesi dan pengalamannya yang lebih harus diutamakan,” tandasnya. Menurut wanita dengan segudang jabatan ini, menjelang Pemilu mendatang, cukup banyak juga parpol yang hanya mencantumkan caleg perempuannya dalam rangka memenuhi daftar caleg saja, dimana tidak memperhatikan kualitas dan pengalaman sehingga keterwakilan perempuan di parpol dipandang sebagai formalitas saja untuk memenuhi kuota yang disyaratkan UU.

Memang tak disangka, wanita yang semula tidak tertarik untuk berkecimpung di dunia politik ini, akhirnya menepis pemikirannya yang memandang partai politik hanya mementingkan kepentingannya sendiri setelah ia mempelajari buku saku Partai Hanura yang diberikan oleh Herwan Susanto yang juga Ketua DPD Kalimantan Timur dan Direktur Operasional PT. Kutai Samudra, dimana Susanti juga menjadi Direktur Keuangan di perusahaan tersebut. Ketika ia membaca buku saku salah satu partai peserta Pemilu tersebut, ia langsung tertarik dengan visi dan misi dari Partai Hanura, yang mana menurutnya merupakan partai pertama yang menyatakan kemandirian bangsa, mengingat selama ini ia merasa banyak sekali intervensi dan tekanan asing yang merugikan bangsa Indonesia.

Wanita kelahiran Samarinda, 41 tahun silam ini pun yakin dengan keterlibatannya dengan Partai Hanura kini, perjuaangannya untuk dapat mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan rakyat akan terwujud. “Di samping itu, ia juga melihat Partai Hanura memang bertekad untuk melahirkan pemimpin yang bertakwa, jujur, berani, tegas dan berkemampuan dalam menjalankan tugasnya,” tegasnya.


Dalam meniti karirnya, wanita yang juga bekerja di Law Office Indra Sahnun Lubis & Associates sebagai Corporate Lawyer ini juga kerap banyak menemui hambatan dan kegagalan. Akan tetapi semuanya itu disikapi oleh Direktur Utama PT. Arena Satria Meliatama dengan kepala dingin dan penuh instrospeksi. Pengalamannya semasa kuliah yang dilakoninya sambil bekerja telah menjadikannya sosok wanita yang pantang menyerah dalam menghadapi segala hambatan dalam hidupnya.

Wanita yang juga berkecimpung di bagian HUMAS Kongres Advokat Indonesia (KAI) ini memandang Indonesia saat ini berada dalam kondisi paradoks, mengingat negeri kita ini kaya, akan tetapi kok rakyatnya miskin!. Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, laut, dan hutan, lantas mengapa kemiskinan masih ada dimana-mana?. “Nah, untuk itu kita perlu instrospeksi apa yang salah, apakah dari pemimpinnya?, masyarakat atau sistemnya?. Dan berdasarkan hasil analisis wanita yang juga aktif di organisasi Kaukus Perempuan Politik (KPPI) ini, persoalan Indonesia terletak pada sistem yang kita anut. ”Mahzab ekonomi yang kita anut terlalu liberal, bahkan lebih liberal dari negara liberal sekalipun”, ujarnya. Menurut Susanti, kita harus kembali pada sistem ekonomi kerakyatan, dimana sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang asli, karena dengan itulah kita dapat berpihak pada rakyat kecil, yang mana tercantum bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dipergunakan semaksimal mungkin untuk kemakmuran rakyat. ”Oleh karena itu, tidak ada kata terlambat untuk melakukan perbaikan sistem ekonomi di Indonesia”, katanya bangga.

Sementara itu, ia pun melihat sudah lebih dari 11 tahun reformasi berlangsung tetapi mengapa ekonomi kita masih tetap dihandle oleh kaki tangan IMF?. Menurutnya, hal tersebut merupakan kesalahan vital yang dihadapi bangsa ini. Maka dari itu, ia bertekad untuk mengadakan perubahan agar negeri ini bisa lebih sejahtera, karena rakyat patut dilindungi dan diperjuangkan hak-haknya. It’s time for move on to be a better life!. Dan semoga kesuksesan dapat kita raih kelak dengan kerja keras, tekad, dan semangat yang kuat tentunya atas ridho Allah SWT.

0 komentar: